Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara
lain
- ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
- Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
- Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
- Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.
Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi
dua kelas:
- Gejala-gejala
Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain. - Gejala-gejala
Negatif
Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia
atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini
sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan sepertiautisme, sindrom Asperger atau ADHD atau
gangguan perilaku dan gangguan Post Traumatic Stress Disorder. Oleh sebab
itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus
dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang
bersangkutan.
Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang
merupakan faktor predisposisi skizofrenia,
yaitu gangguan kepribadian paranoid atau
kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan
kepribadian skizoid yaitu
emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta
selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang
memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya
hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi
pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak
terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet
atau stereotipik yang
termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti
berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk
munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal
bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga
tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat
menimbulkan gejala-gejala psikosis.
Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun
keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu
mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa
menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita
skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang
dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.
Kesabaran dan perhatian
yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu
mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmumatematika dan pemenang hadiah Nobel 1994 yang
mengilhami film A Beautiful Mind,
membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi.
0 komentar:
Posting Komentar